Mengapa ===>>> Istri Tidak Boleh Menerima Tamu Laki-laki Ketika Suami Tidak Dirumah

Rumah keluarga adalah rumah kemuliaan dan kehormatan. Allah perintahkan kedua suami istri saling menjaganya. Terutama istri, yg secara khusus Allah perintahkan agar menjaga amanah di rumah suaminya. Karena istri adalah rabbatul bait (ratu di rumah suaminya), yg bertugas menjaga rumah suaminya.



Diantara ciri wanita shalihah, Allah sebutkan dalam al-Quran,

Sebab itu wanita yg salehah, adalah yg taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. (QS. an-Nisa: 34).

Dan upaya wanita menjaga kehormatan dirinya, harta suaminya, dan rumahnya, merupakan hak suami yg menjadi kewajiban istri.

Jabis Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, dalam haji wada’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan pesan dalam khutbahnya,

Bertaqwalah kepada Allah terkait hak istri-istri kalian. Kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah, dan kalian halal berhubungan dengan mereka karena Allah halalkan melalui akad. Hak kalian yg menjadi kewajiban mereka, mereka tidak boleh memasukkan lelaki di rumah. Jika mereka melanggarnya, pukullah mereka dengan pukulan yg tidak menyakitkan. Sementara mereka punya hak disediakan makanan dan pakaian dengan cara yg wajar, yg menjadi kewajiban kalian. (HR. Muslim 1218). 

Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, hak suami yg menjadi kewajiban istrinya, dia tidak boleh mengizinkan seorangpun masuk rumah, kecuali dgn izin suaminya. Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak halal bg wanita untuk puasa sunah, sementara suaminya ada di rumah, kecuali dengan izin suaminya. Dan istri tidak boleh mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya kecuali dgn izin suaminya.” (HR. Bukhari 4899 & Muslim 1026).

Ibnu Hajar menukil keterangan dari an-Nawawi mengenai hadis ini,

Bahwa dlm hadis ini terdapat isyarat, bahwa istri tdk boleh memutuskan sendiri dlm memberi izin masuk rumah, kecuali dengan izin suami. Dan ini dipahami untuk kasus yg dia tidak tahu apakah suami ridha ataukah tidak. Namun jk dia yakin suami ridha dengan keputusannya, tdk menjadi masalah baginya. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 30/125).

Sebagai contoh, tamu yg tidak perlu izin dari suami, tamu dari kerabat suami atau kerabat istri. Mereka bisa dipersilahkan masuk, selama masih mahram dengan istri.

Untuk tamu asing,

Ketika dtang tamu asing, bukan keluarga suami maupun istri, sementara suami tdak ada di rumah, istri tidak boleh mengizinkan masuk tamu itu.

Jika tamu menyampaikan salam, istri cukup menjawab salamnya dengan pelan dari dalam tanpa membukakan pintu.

Jika tamu menyadari ada penghuni di dalam, dan dia minta izin masuk, cukup sampaikan bahwa suami tdak di rumah dan tidak boleh diizinkan masuk. Semoga Allah menjaga keluarga kaum muslimin. Aamiin...

Semoga bermanfaat ya, silahkan share dan like


Sumber: http://www.ukhtiindonesia.com/istri-tidak-boleh-menerima-tamu-laki-laki-ketika-suami-tidak-dirumah/